Selasa, 09 April 2013

Batu Corner Cafee


JOSEPH AIDARSJAH, enggan meninggalkan mBatu lagi


JOSEPH AIDARSJAH
Alunan live music sayup-sayup mengiringi wawancara yang lebih pada sharing SP dengan Joseph Aidarsjah owner Batu Corner Café dan Batoe Residence, Jalan Oro-oro Ombo 1 Kota Wisata Batu. Laki-laki berkumis kelahiran 1970 dengan busana T-Shirt santai ini selalu ramah menyapa setiap tamu yang datang ke Café keluarga yang baru diresmikan 10 Nopember 2012 lalu oleh ibundanya, Sudarwati Soejoto Sidik.

            “Saya ingin memprasastikan ibu saya sebagai pahlawan, demi menebus dosa-dosa masa muda saya yang sering menyusahkan orangtua khususnya ibu saya karena kenakalan saya”, Joseph menjelaskan dipilihnya hari Pahlawan untuk grand opening café-nya dengan mata berkaca-kaca. “Saya yakin, keadaan saya sekarang ini selain hasil ketekunan dan kerja keras, juga berkat doa ibu”.
            Beralasan jika ada semacam penyesalan Joseph tentang masa lalunya yang kelam. Joseph dulunya seorang peminum dan perokok berat, juga jago berkelai. Joseph juga sekaligus seorang pekerja keras. Joseph kecil sudah diajari menjadi seorang enterpreneur, karena kedua orangtuanya juga pedagang yang cukup berhasil di masanya
            “Selulus SMA saya merantau ke Jakarta. Karena kerajinan saya di sebuah instansi, saya pun diangkat sebagai PNS golongan rendah. Jadi saya tidak punya meja kantor. Tugas saya semacam office boy, bagian disuruh-suruh gitu, ya ngantar surat, fotocopy. Karena tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di Jakarta, malemnya saya ngojek. Percaya engga percaya, pernah lho ditumpangi sundel bolong,” cerita bapak lima putri ini sambil tersenyum. Tiga tahun saja Joseph bertahan bekerja monoton begitu. Akhirnya lebih memilih bekerja proyek di sebuah perusahaan nasional di bidang pembangunan landasan bandara dan sejenisnya.
             “Pendidikan itu sangat penting. Saya ingin anak-anak saya semua memperoleh pendidikan dan ketrampilan yang baik. Mungkin sistem pendidikan sekarang yang sangat canggih, atau saya yang memang bodoh ya, saya nyerah kalau harus mengajari mereka. Maka saya serahkan kepada yang memang mampu mengajari anak-anak. Ya ke pakdenya, atau ke guru lesnya”, lanjut Yoseph yang memperlakukan kelima putrinya sama. Sesekali Joseph juga mengambilkan raport anak-anak dari istri terdahulunya.
            “Saya sebenarnya lebih berkonsentrasi ke property saya, Batoe Residence. Dan Café ini dikelola istri saya, karena dia suka masak dan nyanyi juga”, ungkap suami Inun Sidik – putri sulung pemilik Warung Sidik yang sangat terkenal di era 80-an itu.
            “Saya juga ingin Batoe Residence ini benar-benar menjadi residence (tempat tinggal,red) saya bersama keluarga saya. Saya tidak ingin lagi meninggalkan Kota Wisata Batu meskipun sampai saat ini kantor saya tetap membutuhkan saya untuk proyek di Papua dan Kalimantan. Saya optimis Batu ke depan akan semakin luar biasa. Saya berharap wong mBatu yang saat ini berhasil di luar kota, punya kesadaran yang sama untuk membangun tanah kelahirannya. Itu juga salah satu alasan saya dan Inun mau memfasilitasi Koko Harsoe cs untuk show di Café kami, dia aset Kota Batu yang hebat. Dalam waktu dekat kami juga akan mengakomodir festival musik untuk menampung kreasi musisi muda kita”, Joseph mengakhiri sharing-nya (nien/es).



BKSG Kota Batu

Pengurus BKSG Dikukuhkan Walikota Batu

Bertempat di GSJA Maranatha Family (MAFA), Senin. 25 Maret 2013 Wali Kota Batu H.Eddy Rumpoko didampingi Ketua Umum BAMAG (BAdan Musyawarah Antar Gereja) Jatim Eddy M.Patinasarane, S.H., M.Si melantik Pengurus Harian dan komisi-komisi BKSG (Badan Kerja Sama Gerejawi) Kota Batu masa bakti 2013-2018.

Adapun kepengurusan BKSG Kota Batu masa bakti 2013-2018 yang terpilih dalam Musyawarah Lengkap 11 Maret 2013 adalah: Ketua Umum Pdt.M.N.L.Tobing, M.A., Ketua I Pdt.Yonathan P.Maluw, S.H.,S.Th, M.PdK, Ketua II Pdt.Mikhael M.C, S.Th. SekUm Dra.T.W.E.Ninik Santoso, Sek I Pdt.Yosias D.,M.A., Sek II Azariel, S.Sn, BendUm Pdt.Markus H, Bend I: Kristiani S, S.H. Bend II Saptanto.N.

Mengawali sambutannya, Wali Kota Batu mengatakan, bahwa Batu memang sudah terkenal, namun diharapkan peran yang baik dari para pendeta, pastur, ulama serta lembaga-lembaga strategis semacam BKSG, MUI, FKUB ikut serta memberikan informasi yang baik kepada masyarakat agar tercipta suasana kondusif dan nyaman. Tidak hanya mengandalkan kepada TNI/Polri dan pemerintah.

Lebih lanjut dikatakan, "BKSG sebagai lembaga strategis yang mewadahi gereja/lembaga Kristen/Katolik se-kota Batu, bersama para ulama lainnya diharapkan mampu menyirami umatnya dengan siraman rohani yang menyejukkan. Terutama pendidikan akhlak kepada 36 ribu anak didik di Kota Batu yang menjadi tumpuhan masa depan kita tanpa melihat perbedaan apapun. Mereka semua  diharapkan tumbuh menjadi manusia yang lebih berkualitas, bukan saja mengandalkan kemampuan ipteknya untuk mencapai ranking tertinggi saja, melainkan juga kehidupan spiritualnya." tambah ER di hadapan ratusan jemaat dalam pelantikan yang dihadiri juga oleh Wawali Kota Batu Ir.H.Punjul Santoso, M.M., Ketua Tim Penggerak PKK Dra.Dewanti Rumpoko, M.Psi dan sejumlah SKPD serta pejabat lainnya (nien).

POS KETAN Legenda


POS KETAN LEGENDA 
LENGKETKAN KASIH SAYANG…..

Keberadaan POS KETAN LEGENDA - PKL 1967 sudah sangat familiar bagi Wong mBatu dan sekitarnya, baik yang masih berdomisili di Kota Wisata Batu, maupun yang sudah muar meninggalkan kota kelahirannya.  Tak kurang dari Kris Dayanti, Yuni Shara dan banyak tokoh Batu lainnya yang selalu menyempatkan diri datang ke Pos Ketan yang selalu inovatif menyajikan menu-menu barunya  saat mereka mudik.  PKL 1967 saat ini tidak saja dikenal oleh oleh tokoh-tokoh besar tamu “kenegaraan” Walikota seperti Aburizal Bakrie, Dahlan Iskan, Bondan Kuliner dan puluhan artis lainnya, namun setiap malam ratusan pengunjung selalu datang ke tempat tongkrongan baru di pojok barat Alun-Alun Batu ini menikmati ketan rasa bumbu kedelai, kicir, keju, ketan item dengan minuman hangat seperti bandrek, STMJ dan lainnya.
            “Alhamdulilaaah, kami sudah siapkan 200 kursi plus karpet, tapi masih kurang juga. Apalagi kalau malam Minggu atau high season dan cuaca cerah. Mahasiswa dan kawula muda dari Malang naik dan nongkrong di sini mulai sore, bisa sampai subuh. Tapi kami membatasi  tidak menjual maupun mengijinkan tamu untuk minum-minuman beralkohol. PKL harus menjadi tempat tongkrongan yang nyaman bagi semua orang”, papar Sugeng Hadi, pemilik PKL 1967 ini didampingi Irma, neng geulis yang telah memberikan 3 putri untuknya.
             “Ada story-nya… Dulu ibu Ayumi, ibu kami pertama kali jualan ketan di emperan toko Sidodadi tahun 1967an. Saat itu pasarnya masih di Alun-Alun Batu ini. Terus pindah ke Kantor Pos & Giro / Telkom yang sekarang jadi halaman mesjid An Nur. Itu yang kemudian mengilhami kami untuk menamakan warung kami jadi POS KETAN, bermula dari Ketan Pos”, tukas lulusan D3 Akutansi – UNIBRAW yang menempati Area Sales Manager Jawa Barat sebuah perusahaan rokok nasional ini. “Karena terlalu banyak yang pakai brand warung kami, maka atas saran sahabat kecil sekaligus ‘penolong’ kami saat kami terpuruk pada tahun 2001-2004, Mas Eko Suparisno, kami pakai tambahan nama LEGENDA 1967.  Ini juga karena kami ingin mengenang ibu kami yang luar biasa. Yang telah menghantar putra/inya sampai sarjana hanya dengan jualan ketan”, kenang pengagum Pak Harto ini.
            Perjalanan hidup berkarir dan berumah tangga Sugeng Hadi dan Irma sangat berliku. “Kami pernah sangat terpuruk…bahkan rumah tangga kami sudah di ambang kehancuran. Saya sempat pulang ke Garut. Tapi alhamdulilaaaah, karena kesetiaan dan kesabaran Mas Sugeng serta dorongan teman-teman SMPK Mas Sugeng, terutama Mas Eko, mBak Nien, Mas Adib dan lainnya. POS KETAN LEGENDA ini telah melengketkan kembali kasih sayang kami…..dan aku tidak akan meninggalkan Batu sampai seumur hidupku”, ungkap Irma tersipu-sipu.
            “Saat saya klimpungan dan nyaris kehilangan segalanya, Mas Eko memecut saya dengan gayanya. Bahkan saat orang berpikir saya sudah gila dan bisa saja melakukan hal konyol, dia membesarkan hati saya dan mengajak saya lebih mendekatkan diri kepada Sing Ngatur Urip. Saat itu rasanya saya tidak punya siapa-siapa lagi,”kenang pria yang suka menggambar dan menulis ini dengan mata berkaca-kaca, “Ketika rumah tangga dan ekononomi kami dipulihkan, bahkan dibarokahi, kami tidak perlu dendam kepada siapapun yang pernah melecehkan kami saat kami terpuruk”, tambah ayah Weny Denti Rahmawati, Dwi Sukmawati dan Trisa Wahyuni Putri ini.
            Sugeng Hadi telah membuktikan ajaran yang ada dalam keyakinan yang dianutnya, terutama dalam beramal dan bersyukur. “Luar biasa berkah dari Allah kepada kami kalau kami melakukan perintahNya, termasuk berzakat 2,5%. Bukan berarti jika diberkahi lebih, lantas menghambur-hamburkannya untuk hal yang tidak berguna. Kami harus hidup ekonomis namun tetap berbagi”, tukas Sugeng yang sudah memperkerjakan 15 tenaga dengan produk ketan 60kg per malam dan tembus 1 kuintal saat ramai.
            “Saya tidak setuju kalau IT disalahkan sepenuhnya jika terjadi perubahan perilaku kehidupan anak muda saat ini. Karena kami sendiri justru mengambil sisi positifnya. Saya tidak selalu bisa ikut pengajian dan sejenisnya, tapi tiap hari saya tetap bisa mengakses ayat-ayat suci dan kata-kata berhikmah dari HP saya. Bahkan saya mengenalkan PKL 1967 inipun via internet juga”, tukas Sugeng saat SP menanyakan pengaruh IT terhadap kehidupan bebas remaja/ kaum muda yang makin marak.
            “Yang penting adalah doa, kepercayaan dan kontrol  dari orangtua. Tidak mudah menghadapi anak-anak kita saat ini. Saat ditekan malah akan njiat. Dari segi ekonomis dan bisnis, mungkin saya senang kalau PKL ini rame. Tapi sering saya juga prihatin melihat tamu – tamu remaja putri yang  nongkrong sampai subuh dengan rokok dan sikap yang kurang santun”, imbuh nenek satu cucu yang tetap cantik dan menarik ini mengakhiri perbincangan kami yang tanpa terasa sudah hampir subuh. (nien/es)


Kolom Guru

 L.Yudiwantoro
PEREMPUAN SEBAGAI TIANG BANGSA
Oleh : L.Yudiwantoro - TK Kartika Batu

Masih terbayang bagaimana hebohnya orangtua/wali murid, khususnya ibu-ibu yang mengantar putri cantiknya tiap tanggal 21 April di masa penulis sekolah. Bukan hanya di tingkat TK atau SD, bahkan sampai di tingkat SMP dan SMA/SMK. Momen Kartinian memang merupakan saat yang ditunggu-tunggu, mengingat itulah saatnya para siswi berlomba menunjukkan kecantikan dan keluwesannya. Meskipun bukan itu tujuan utama peringatan hari Kartini.

Fenomenanya saat ini sedikit berbeda memang, karena sejatinya peringatan Kartini bukan sekedar ajang pamer kecantikan semata, melainkan lebih pada mewujudkan cita-cita seorang R.A.Kartini yang memperjuangkan emansipasi perempuan di jamannya. Implikasi lainnya  adalah bagaimana meningkatkan derajat hidup perempuan Indonesia,  mengingat perempuan merupakan tiang sebuah bangsa, yang harus cerdas, tangkas dan trengginas tetapi tetap lembut, berperikemanusiaan dan berperikeadilan…..

Guru Taman Kanak-kanak dan Bunda PAUD yang 95% adalah perempuan, diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk ikut membantu dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Oleh karenanya, mereka haruslah mempunyai bekal yang cukup untuk bisa membimbing anak asuhnya. Mereka juga harus mampu menjadi “Ibu" sekaligus "Teman” bagi anak asuhnya. Selain itu mereka harus kembali pada stereotip lama sebagai sosok yang bisa "digugu lan ditiru" alias panutan dalam bersikap,bertutur kata yang baik. Mereka juga dituntut untuk mampu menumbuhkembangkan kreatifitas dan keceriaan, kemerdekaan, kesederhanaan serta  kesantunan pada anak asuhnya.

Terkait dengan pemahaman bahwa usia dini adalah saat tepat untuk meletakkan dasar pengembangan konsep diri, seni, moral dan budi pekerti maka pemberian stimulus yang baik pada anak sebaiknya diberikan sedini mungkin. Saat ini kesadaran masyarakat terhadap PAUD/TK cukup besar terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah penyelenggara, guru serta anak didik yang ada di kota Batu.
Guru adalah ujung tombak dalam mata rantai pendidikan.
Maka guru diharapkan untuk selalu mengasah dan meningkatkan kemampuannya sehingga mutu pendidikan di Indonesia dapat semakin baik dan meningkat.

Terkait hal tesebut di atas, Kelompok Mentari yang terdiri dari guru dan masyarakat pemerhati PAUD serta GOPTKI Kota Batu pada 10, 12 dan 13 April 2013 akan menyelengggarakan Aneka Lomba antara lain: Pembuatan APE (Alat Permainan Edukatif), Festival Menggambar & Mewarna serta Fashion Show Kartinian duet Guru & Murid.
Kegiatan yang diharapkan diikuti oleh Guru dan Murid PAUD/TK di Kota Batu ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada guru untuk selalu mengembangkan diri dan mengasah ketrampilan agar mampu memberikan yang terbaik untuk anak asuhnya. Begitu pula bagi murid TK/PAUD, dimaksutkan untuk memberikan kesempatan melatih keberanian dan menumbuhkembangkan rasa percaya diri pada mereka.

Semoga cita-cita mulia seorang R.A.Kartini mampu kita wujudkan di era ini, sesuai dengan kapasitas kita masing-masing guna meningkatkan derajat dan kualitas SDM di masa depan.

Sukses UN


UNTUK SUKSES UN
tidak cukup hanya doa dan belajar
Tinggal hitungan hari saja, anak-anak kita khususnya yang duduk di kelas 6, 9 dan 12 akan menjalani UN. Berbagai upaya dan usaha telah dilakukan, bukan saja oleh peserta ujian melainkan juga Dindik dengan try out-nya, pihak sekolah dengan berbagai ujian pra UN, termasuk orangtua yang tidak eman-eman menyisihkan jutaan uangnya untuk membayar bimbel. Belum lagi para ulama yang juga ikut mempersiapkan mental peserta UN melalui istigotsah dan doa khusus.
Yang sering tidak disadari adalah: ternyata persiapannya ttidak cukup hanya belajar dan belajar saja, tapi juga persiapan fisik dan psikis anak didik. Tidak ada manfaatnya saat intelegensia anak dicekoki bahan-bahan UN, tapi pada hari H peserta UN tersebut sakit dan depresi.  "So what gitu loh" istilah ABG saat ini. Tak kurang dari kepala Dinkes dr.Endang  Triningsih bersama timnya juga menunjukkan kepeduliannya untuk mempersiapkan anak didik menghadapi UN. Sayang sekali gayung itu tidak serta merta disambut baik oleh semua pelaku pendidikan. Nyatanya, baru MAN 02 Kota Batu yang memanfaatkan momen motivation building yang ditawarkan dr.Endang ini.
Mungkin selama ini banyak yang tidak tahu bahwa air putih, buah-buahan, sayur mayur dan juga susu KUD yang  banyak dihasilkan petani / peternak Batu itu juga berperan penting untuk menjaga stamina peserta UN. "Meskipun bakso dan pangsit itu enak.  Tapi kandungan gizinya kurang,. Selain itu perlu dukungan dari keluarga, supaya mereka menyambut  UN dengan happy dan enjoy. Perlu dipahamkan agar anak-anak menganggap UN adalah proses biasa dalam rangkaan belajar mengajar,"tandas ibu dua putri ini dengan senyum khasnya (nien)

IPNU Batu


Pelajar Jangan Ikut  Kesurupan ‪


Maraknya kesurupan di kalangan pelajar yang terlibat dalam Kesenian Bantengan, sudah banyak yang resah. Seperti halnya dalam Konferensi Cabang(Konfercab) VII Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ ( IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’( IPPNU) Kota Wisata Batu, Kamis (24/3) lalu.
Menurut Wakil Walikota Batu   Ir. Punjul Santoso,  solusi kreatif dari permasalahan itu,  akan di wadahi pasca didirikannya Balai Latihan Kerja di Kota Batu,  dan juga pencanangan 3 Desa Wisata Unggulan. 
"Kita berusaha mengalihkan konsentrasi pelajar,  agar ke depan pelajar lebih mementingkan bekal kehidupan kelak. Bukan mementingkan kekalapan belaka,”ujarnya pada saat membuka acara itu.
Dewanti Rumpoko, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu juga menyinggung efek negatif trend gandrung bantengan. “Ini bukan hanya tanggung jawab saya pribadi, akan tetapi tanggung jawab kita bersama, dari pemerintahan, masyarakat, pendidik, orang tua, dan juga pelaku seni tersebut,”ujar istri dari Walikota Batu itu.
Sementara itu,  Zuhron Muslih, mantan Ketua IPNU Kota Batu mengatakan  menjadi pelajar yang seungguhnya, bukan menjadi pelajar yang kesurupan. "Harapan saya  adalah menempatkan pelajar dalam konteks keterpelajaran," tukasnya di hotel Palem Sari.
Diketahui acara itu dihadiri
11 sekolah tingkat SMP-SMA se-Kota Batu, serta 12 Pimpinan Ranting. Juga para pejabat dilingkungan Pemkot Batu. (Jim)

Paket C Tak Dijamin Lulus 100 Persen

Paket B dan C Tak Dijamin Lulus 100 Persen
*) Kendati Sudah Membayar Uang Ujian

ANGGUN Abadiany, pelaksana Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) mengatakan tidak berani menjamin kelulusan para siswa belajar paket B (setara SMP) dan paket C (setara SMA) pada tahun ini. Alasannya, waktu persiapan terlalu pendek dan pelaksanaan ujian tahun ini lebih sulit daripada tahun sebelumnya.
Menurut dia, yang penting anak didiknya sudah diajari dan sudah diberikan latihan mengerjakan soal (tryout). Soal kelulusan berpasrah kepada Tuhan saja.
"Soal kelulusan itu berpasrah sajalah,"kata Anggun yang mengaku mempunyai siswa paket B sebanyak 15 orang dan paket C sejumlah 26 orang ini.
Jumlah siswa itu, lanjut dia, adalah siswa yang akan ikut Ujian Nasional. Besar kemungkinan masih berkurang lagi, karena ada urusan kerja sehingga akan mundur.
Ia juga katakan, bahwa siswanya itu selain diberi pelajaran seperti sekolah pada umumnya, juga diberi pelatihan ketrampilan. "Khusus yang putri kita kenalkan ketrampilan," katanya.
Sedangkan yang putra, Anggun katakan masih sulit diberikan ketrampilan. Karena soal kesibukan dan jenis ketrampilan yang masih membingungkan.
Aggun juga katakan para peserta ujian itu dipungut biaya. Tetapi ia menolak menyebut nominalnya.
"Ya dipungut biaya, tetapi jumlah amat terjangkau. Juga tidak memberatkan anak murid,"kata Anggun.
Sayangnya, PKBM yang pinjam disebuah SD di desa Pesanggrahan ini tak dilengkapi papan nama. Sehingga tidak banyak yang mengetahui kelas paket B dan C ini.
Ketika hal itu ditanyakan kepada Anggun,  dikatakan bahwa soal papan nama itu urusan saudara Herman atau salah satu Kasi di Dinas Pendidikan. "Saya hanya pelaksana, jadi tak tahu soal itu,"tukas Anggun.
Sementara itu, beberapa siswa di PKBM tersebut mengatakan untuk bisa ikut ujian kelulusan diminta membayar Rp 500 ribu per orang. "Biaya sebanyak itu kemungkinan masih bisa bertambah,"kata siswa paket C yang tak mau namanya dicantumkan itu.

Karate

Inkai Gelar Ujian Kenaikan Tingkat
BATU-Sebanyak 85 siswa Institut Karate Indonesia (Inkai) Kota Batu mengikuti ujian kenaikan tingkat. Ujian kenaikan tingkat atau sabuk karate semester II/2012 digelar di gedung kesenian Kota Batu, Minggu (7/4).
Adapun peserta ujian itu adalah Sekolah Dasar (SD)sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Dari usia 8-16 tahun.
Pembina INKAI cabang Kota Batu, Munantiono  menuturkan tujuan ujian ini untuk mencari bibit karate-do. Termasuk menyalurkan bakat dan karakter anak.
"Anak-anak yang mengikuti karete ini, bukan pada satu sekolah saja malainkan dari beberapa sekolah yang ada di kota Batu,"katanya.
Ia jelaskan, siswa ini dari beberapa ranting. Kegiatan ini juga untuk mengukur kemampuan beladiri dari masing-masing ranting, yang terdiri dari tujuh ranting. Seperti DoJo Batu Aji, SMP PGRI 01 Batu, MTs Hasyim Ashari Batu, SMPN 02 Batu, SMP Raden Patah Batu, Pondok Pesantren Arrohmah Junrejo, dan MAN II Batu.
"Saya juga mencari bibit olympiade olahraga, yang dilaksanakan Juni mendatang di Surabaya, untuk mewakili Kota Batu,"imbuhnya seksi pelatihan Forderasi Olahraga Karate Indonesia (FORKI) Kota Batu ini.
Sementara itu, Muhammad Aziz Inkai Wijaya (14) sosok karate do kota Batu yang menjadi andalan. "Saya ingin terus berprestasi di olahraga ini,"kata Aziz yang mengaku warga Kelurahan Temas ini.
Siswa SMPN 1 Batu ini mengatakan prestasinya meliputi juara  III lomba  Open Walikota Kediri, mendapatkan perunggu mewakili FORKI Kota Batu. Juara I Komite beregu, di Universitas Brawijaya Malang. Juara II perorangan, di Universitas Brawijaya Malang. Dan juara II Kata Perorangan, di Universitas Brawijaya Malang.
"Saya ingin prestasi lebih tinggi lagi,"katanya.aka

Kejari Batu Dites Urine

 Karyawan Kejari Dites Urine

BATU- Puluhan staf dan karyawan di Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Batu dikagetkan dengan kedatangan petugas dari Badan Narkotika Kota (BNK) Kota Batu. Senin (8/4), sebanyak 39 pegawai kejari diharuskan mengikuti tes urine yang dilakukan saat itu juga di kantor kejari. Hal ini untuk memastikan dan menjamin bahwa penegak hukum di lingkungan kejaksaan terbebas dari penyalahgunaan narkotika.Kepala Kejari Batu, Meran, mengaku mendukung sepenuhnya langkah dan program yang dibuat oleh BNK. “Sebagai salah satu institusi penegak hukum, kita akan patuh pada hukum yang ada,”ujar Meran saat ditemui usai pelaksanaan tes urine. Dalam tes yang dilakukan kemarin, tidak ada pejabat, karyawan, maupun tenaga honorer di kejari yang kedapatan menjadi pengguna narkotika.

Meran menegaskan bahwa sebelum pelaksanaan tes urine ini tidak ada komunikasi yang dilakukannya dengan pihak BNK. Kedatangan BNK ke kantornya benar-benar di luar jadwal yang sudah ada di Kejari. Namun demikian, Meran mengaku mendukung langkah dan tindakan yang dilakukan BNK ini.

Sedangkan ketua BNK Batu, AKBP Hari Triyogo, menyatakan bahwa langkah ini diambil dalam rangka untuk melaksanakan amanat dari undang-undang (UU) dalam pemberantasan narkotika. “Ke depan, tes urine yang sama juga akan dilakukan di seluruh SKPD yang ada, dan semua akan dilakukan secara mendadak,”ujar Hari.

Dalam pelaksanaan tes urine di kantor kejari, semua karyawan diminta untuk menyerahkan urine-nya kepada petugas yang ada. Satu per satu karyawan kejari diminta untuk masuk ke toilet yang di depan pintunya telah bersiap seorang penjaga.

Ketika keluar, masing-masing dari mereka diminta untuk menyerahkan urine mereka di yang telah ditaruh di sebuah gelas plastik kecil kepada petugas jaga. Kemudian urine tersebut akan diperiksa untuk menentukan apakah pemiliknya kedapatan menjadi pengguna narkotika atau tidak.hay