Minggu, 26 Mei 2013

Perjuangan guru tiada tara

Perjuangan Guru Sebagai Agen Perubahan di Daerah Terpencil
 

Suatu ketika seorang teman saya pergi ke pasar membeli ikan. Sekilo 20 ribu, tetapi pedagangnya tidak tahu harga 3 ons ikan. Setelah teman saya mengajari cara menghitung harganya, ia memberi selembar uang 20 ribu. Tapi karena tidak tahu bagaimana menghitung kembaliannya, pedagang itu memberikan seluruh dompetnya agar teman saya

Itulah kisah dari seorang teman saya seorang guru dari daerah pedalaman di Kalimantan Barat yang saya dengar dua tahun yang lalu.

Meskipun teman saya dan ratusan guru-guru lainnya datang dari berbagai daerah yang sangat jauh di pedalaman, mereka sangat dinamis. Mereka biasa membawa laptop pribadi, lincah menggunakan berbagai software, dan mereka juga mempunya stamina dan semangat yang tinggi. Kegiatan belajar dari pk 8.00 – 21.00 belajar dengan lancar dan penuh semangat.

Beberapa minggu kemudian saya mengikuti seleksi CPNS. Pada sesi wawancara saya ditanya, bagaimana persepsi saya tentang UPI. Berangkat dari pengalaman saya di Kalimantan Barat sebelumnya, saya jawab guru adalah agen perubahan. Kampus-kampus pendidikanlah yang menghasilkan guru-guru yang siap untuk ditempatkan di berbagai daerah terpencil dan siap untuk melakukan perubahan.

Sebulan yang lalu, tepatnya seminggu sebelum Idul Adha, Winda Yulia salah seorang mantan mahasiswa berpapasan dengan saya di jalan. Ia cerita beberapa jam kemudian ia akan berangkat ke Cengkareng untuk mengikuti program Sarjana Mendidik Terdepan Terluar Tertinggal (SM3T) di Aceh.

Perasaan saya sejak kemarin pedih tak terkira saat mendengar sejak dua hari yang lalu, ia hanyut di Sungai Tamiang, Aceh bersama 3 orang lainnya dan hingga saat ini belum diketemukan.
mengambil sendiri kembaliannya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar