Selasa, 09 April 2013

Batu Corner Cafee


JOSEPH AIDARSJAH, enggan meninggalkan mBatu lagi


JOSEPH AIDARSJAH
Alunan live music sayup-sayup mengiringi wawancara yang lebih pada sharing SP dengan Joseph Aidarsjah owner Batu Corner Café dan Batoe Residence, Jalan Oro-oro Ombo 1 Kota Wisata Batu. Laki-laki berkumis kelahiran 1970 dengan busana T-Shirt santai ini selalu ramah menyapa setiap tamu yang datang ke Café keluarga yang baru diresmikan 10 Nopember 2012 lalu oleh ibundanya, Sudarwati Soejoto Sidik.

            “Saya ingin memprasastikan ibu saya sebagai pahlawan, demi menebus dosa-dosa masa muda saya yang sering menyusahkan orangtua khususnya ibu saya karena kenakalan saya”, Joseph menjelaskan dipilihnya hari Pahlawan untuk grand opening café-nya dengan mata berkaca-kaca. “Saya yakin, keadaan saya sekarang ini selain hasil ketekunan dan kerja keras, juga berkat doa ibu”.
            Beralasan jika ada semacam penyesalan Joseph tentang masa lalunya yang kelam. Joseph dulunya seorang peminum dan perokok berat, juga jago berkelai. Joseph juga sekaligus seorang pekerja keras. Joseph kecil sudah diajari menjadi seorang enterpreneur, karena kedua orangtuanya juga pedagang yang cukup berhasil di masanya
            “Selulus SMA saya merantau ke Jakarta. Karena kerajinan saya di sebuah instansi, saya pun diangkat sebagai PNS golongan rendah. Jadi saya tidak punya meja kantor. Tugas saya semacam office boy, bagian disuruh-suruh gitu, ya ngantar surat, fotocopy. Karena tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di Jakarta, malemnya saya ngojek. Percaya engga percaya, pernah lho ditumpangi sundel bolong,” cerita bapak lima putri ini sambil tersenyum. Tiga tahun saja Joseph bertahan bekerja monoton begitu. Akhirnya lebih memilih bekerja proyek di sebuah perusahaan nasional di bidang pembangunan landasan bandara dan sejenisnya.
             “Pendidikan itu sangat penting. Saya ingin anak-anak saya semua memperoleh pendidikan dan ketrampilan yang baik. Mungkin sistem pendidikan sekarang yang sangat canggih, atau saya yang memang bodoh ya, saya nyerah kalau harus mengajari mereka. Maka saya serahkan kepada yang memang mampu mengajari anak-anak. Ya ke pakdenya, atau ke guru lesnya”, lanjut Yoseph yang memperlakukan kelima putrinya sama. Sesekali Joseph juga mengambilkan raport anak-anak dari istri terdahulunya.
            “Saya sebenarnya lebih berkonsentrasi ke property saya, Batoe Residence. Dan Café ini dikelola istri saya, karena dia suka masak dan nyanyi juga”, ungkap suami Inun Sidik – putri sulung pemilik Warung Sidik yang sangat terkenal di era 80-an itu.
            “Saya juga ingin Batoe Residence ini benar-benar menjadi residence (tempat tinggal,red) saya bersama keluarga saya. Saya tidak ingin lagi meninggalkan Kota Wisata Batu meskipun sampai saat ini kantor saya tetap membutuhkan saya untuk proyek di Papua dan Kalimantan. Saya optimis Batu ke depan akan semakin luar biasa. Saya berharap wong mBatu yang saat ini berhasil di luar kota, punya kesadaran yang sama untuk membangun tanah kelahirannya. Itu juga salah satu alasan saya dan Inun mau memfasilitasi Koko Harsoe cs untuk show di Café kami, dia aset Kota Batu yang hebat. Dalam waktu dekat kami juga akan mengakomodir festival musik untuk menampung kreasi musisi muda kita”, Joseph mengakhiri sharing-nya (nien/es).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar